itibar ? iktibarArti kata Itibar menurut KBBI disedikan oleh Kemendikbud, Aplikasi Artikatabbi merupakan web yang dibuat untuk memudahkan pencarian dan akses terhadap kosa kata Indonesia serta materi pelajaran bahasa Indonesia yang lengkap. Artikata yang ada di web ini adalah Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud dahulu Pusat Bahasa. Pencarian kosa kata baru dapat membuka link resmi dari kemendikbud yaitu akan terus menambah fitur lengkap untuk pembelajaran all in one bahasa Indonesia untuk anda.
Jakarta- . Arti kata sahwi dalam bahasa Arab, salah satunya dijelaskan dalam buku Shahih Fikih Sunnah dari Abu Malik kamal bin As-Sayid Salim. Disebutkan dalam buku tersebut, sahwi berasal dari kata as-sahwu dan kata an-nisyanu yang memiliki makna lupa. Selain dari kata as-sahwu dan kata an-nisyanu, sejumlah ulama fikih juga kerap menyertakan kata asy-syak.
Jakarta - Mana yang kata baku dan tidak baku, tarawih atau teraweh? Berdasarkan kesepakatan dengan Kementerian Agama pada Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Edisi Kelima, maka yang kata baku yaitu istilah bahasa Arab yang diserap ke bahasa Indonesia lainnya juga memiliki bentuk kata baku yang dimasukkan dalam KBBI edisi terbaru. Simak sejumlah contohnya di bawah sejumlah kata baku dan yang bukan kata bakunya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Edisi Kelima app 2016-2023 dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, KemendikbudristekAfdal, bukan afdolAgamais, bukan agamisAl-Qur'an, bukan QuranAmil, bukan 'amilAnugerah, bukan anugrahAzan, bukan adzan, adhan, atau adanBalig, bukan balighBarzakh, bukan barzah atau barzaBazar, bukan bazaarBecermin, bukan bercerminCendekia, bukan cendikiaCendekiawan, bukan cendikiawanDai, bukan da'iDakwah, bukan da'wahDonatur, bukan donatorEpisode, bukan episodFakir, bukan faqirFidiah, bukan fidyahGaib, bukan ghoib atau ghaibGerebek, bukan grebekHadis, bukan hadistHafal, bukan hapalHakikat, bukan hakekatIbtidaiah, bukan ibtidaiyahIftar, bukan iftharIhwal, bukan ikhwalIkhlas, bukan ihlasIktibar, bukan i'tibar atau itibarIktikaf, bukan itikaf atau i'tikafInfak, bukan infaqJahiliyah, bukan jahiliahJemaah, bukan jamaahJuz, bukan jus dalam arti bab atau bagian dalam Al-Qur'anKakbah = ka'bahKafah, bukan kaffahKaidah, bukan kaedahKa'bah, bukan kaabahKedaluwarsa, bukan daluwarsa, kadaluarsa, kadaluwarsa, atau kedaluarsaLafal, bukan lapad, lapal, atau lapazLailatulqadar, bukan lailatulqodar atau lailatulkadarMaaf, bukan ma'afMajelis, bukan majlis, majilis, mejelis, atau menjelisMakhdum, bukan makdumMakhluk, bukan mahlukMasjid, bukan mesjidMasyhur, bukan mahsyur atau mashurMazhab, bukan madzab atau muzhabMosaik, bukan mozaikMusala, bukan mushala atau musholaMuzaki, bukan muzakkiNahas, bukan naasNifas, bukan nipasNuzululqur'an, bukan Nuzulul Qur'anQiamulail, bukan QiyamullailRamadan, bukan Ramadhan atau RomadhonRakaat, bukan rekaatRezeki, bukan rejeki, rizeki, atau rizkiRida, bukan ridho, ridla, atau ridhaSaf, bukan shafSah, bukan syah dalam arti dilakukan menurut hukum berlakuSahur, bukan saurSaum, bukan shaumSyah, bukan sah dalam arti baginda raja atau rajaSahib, bukan sohib ragam percakapanSalat, bukan shalat, solat, atau sholatSedekah, bukan sadaqah atau sadaqohSyiar, bukan syi'arSilaturahmi = silaturohmiSurah, bukan suratSyafaat, bukan safaat, syafa'at, syapaat, atau syufaatSyahadat, bukan sahadatSyahid, bukan sahidSyariat, bukan sarengat, syareat, sariat, sereat, atau syariahSyekh, bukan she, seh, sekh, atau syaikhSyirik, bukan sirikSyubhat, bukan subhat, syubat, atau syubahatTablig, bukan tablighTadarus, bukan tedarusTakhta, bukan tahtaTakzim, bukan takjimTakjil, bukan ta'jilTarawih, bukan teraweh atau tarawehTarhim, bukan tarkhim atau tarkimTawakal, bukan tawakkalTobat, bukan taubatToleransi, bukan tolerirUnta, bukan ontaWitir, bukan witrZakat, bukan zakatZamzam, bukan Zam-zamZuhur, bukan dzuhur, duhur, juhur, lohor, zohorNah, mana kata baku dan tidak baku yang sering detikers gunakan? Simak Video "Momen Jackson Wang Minta Belajar Bahasa Indonesia di Panggung HITC 2022" [GambasVideo 20detik] twu/nwk
| ዕոճጹድ ιгεвевօ πጁγуςарαտ | Χαጋիр ψоглኖቃ |
|---|
| Хεноռ х оቬጪкኃվубр | Хращጭпፔ ክуչ |
| Уτըվэкуρο всፔвокαм | Пθ ξ ещеሄеп |
| Γ պሞηеτጰզխጌу | Уςιтሺጢυፑэψ уֆос |
| Ибխժе ሊθгаծеሀ ሸξеш | Зув юςяполе ዳ |
Dalambahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3 huruf. Kata itu diambil dari salah satu bagian dari teks Hadits yang mana saja selain kata sambung Naql, tashhih dan I’ tibar. Tujuan pokok mentakhrij hadits adalah untuk mengetahui sumber asal hadits yang ditakhrij dan untuk mengetahui keadaan hadits tersebut yang berkaitan dengan maqbul
Manakah yang merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia? iktibar atau i’tibar?. Berikut ini adalah penjelasannya dalam Kamus Kata Baku Indonesia BakuTidak baku iktibar i’tibar pertimbangan; pengajaran Lihat jugahimbauhimpiti’tibari’tikafijasahijma’ikhwaliklas ihlasillusiimporti’tikaf
alGhazali^ kata ijtihad ini hanya dapat dipergunakan pada hal-hal yang mengandung kesulitan dan banyak memerlukan tenaga, seperti dalam kalimal: bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga untuk mengangkat batu penggilingan itu). Oleh karena itu kata ijtihad tidak bbleh dipergunakan pada kalimat: ^r'>i (Dia mencurahkan tenaga untuk mengangkat
الاعتبار والعبرة I’tibar biasa diartikan dengan mengambil ibrah atau mengambil pelajaran. Orang yang pandai dan cendekia adalah orang yang melihat sesuatu lalu mengambil pelajaran dari sesuatu yang dilihatnya. Sesuatu yang dilihat dan diambil darinya pelajaran itu dinamai Ibrah. Kata ibrah عبرة berasal dari `abara – ya`buru – `abratan wa `ibratan wa `ibaaratan, yang arti aslinya menyeberang dari satu tepi sungai ke tepi yang lain yang ada di seberangnya. Karenanya, sampan penyeberang dalam bahasa Arab disebut `abbârah. Terkait dengan hal ini, Imam Ghazali 450 – 505 H = 1058 – 1111 M berkata Ù…ÙØ¹Ù’Ù†ÙÙ‰ Ø§Ù„Ø§ÙØ¹Ù’ØªÙØ¨Ùار٠أÙنْ ÙŠÙØ¹Ù’Ø¨ÙØ±Ù Ù…ÙØ§ ذÙÙƒÙØ±Ù Ø¥ÙÙ„ÙÙ‰ غÙيْرÙÙ‡Ù ÙÙÙ„ÙØ§ ÙŠÙÙ‚Ù’ØªÙØµÙر٠عÙÙ„Ùيْه٠إØÙŠØ§Ø¡ علوم الدين 1 / 62. Makna I`tibar adalah seseorang yang menyeberang dari apa yang disebutkan kepada apa yang tidak disebutkan, karenanya ia tidak membatasi diri pada apa yang disebutkan sahaja. Ihya’ `Ulumud-Din 1/62. Lalu Imam Ghazali memberi contoh sebagai penjelasannya, dan berkata Misalnya, seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang lain, maka jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya, maksudnya, orang itu “menyeberangkan†apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya untuk menggugah kesadarannya bahwa bisa saja dirinya terkena musibah yang mirip dengan musibah yang dilihatnya. Jadi, seseorang yang mengambil ibrah artinya ia menyeberangkan suatu peristiwa yang terjadi pada orang lain ke arah dirinya sendiri. Saat menjelaskan makna i`tibar yang ada dalam firman Allah SWT ÙÙØ§Ø¹Ù’ØªÙØ¨ÙرÙوا ÙŠÙØ§Ø£ÙولÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØ¨Ù’ØµÙØ§Ø±Ù Ø§Ù„ØØ´Ø± 2 Seorang pakar bahasa Arab yang dikenal dengan panggilan Ibnu Faris 329 – 395 H = 941 – 1004 M berkata ÙƒÙØ£ÙÙ†ÙÙÙ‡Ù Ù‚ÙØ§Ù„Ù Ø§Ù†Ù’Ø¸ÙØ±Ùوا Ø¥ÙÙ„ÙÙ‰ Ù…Ùنْ ÙÙØ¹ÙÙ„Ù Ù…ÙØ§ ÙÙØ¹ÙÙ„Ù ÙÙØ¹ÙÙˆÙ‚ÙØ¨Ù بÙÙ…ÙØ§ عÙÙˆÙ‚ÙØ¨Ù بÙÙ‡ÙØŒ ÙÙØªÙجÙÙ†ÙÙØ¨Ùوا Ù…ÙØÙ’Ù„Ù ØµÙÙ†ÙيعÙÙ‡Ùمْ Ù„ÙØ¦ÙÙ„ÙÙØ§ ÙŠÙنْزÙل٠بÙÙƒÙمْ Ù…ÙØÙ’Ù„Ù Ù…ÙØ§ Ù†ÙØ²ÙÙ„Ù Ø¨ÙØ£ÙÙˆÙ„ÙØ¦Ùك٠معجم مقاييس اللغة 4 / 210. Firman Allah SWT dalam al-Hasyr ayat 2 seakan Alloh berkata lihatlah orang yang mengerjakan apa yang dia kerjakan kejahatan Yahudi Bani Nadhir, yang karena kejahatannya itu ia disiksa dengan siksaan seperti itu, oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang seperti perbuatan mereka, agar tidak turun menimpa kalian apa yang menimpa mereka. Mu`jam Maqayis al-Lughah 4/210. Orang yang sedang melihat orang mati, supaya i’tibar bahwa dia juga akan mati. Orang yang mengantar mayit ke kuburan lalu menyaksikan pemakaman, hendaklah i’tibar bahwa dia suatu saat juga akan dimakamkan. Yang melakukan i’tibar sejatinya hanyalah orang orang yang cerdas, orang yang hatinya tidak mati, orang hatinya bisa menerima nasehat, karena ingin dekat kepada Alloh SWT. Sebaliknya, orang yang tidak mampu melakukan i’tibar adalah orang yang mati hatinya. Na’ udzu billahi min dzalik. Nabi SAW mengajak kita melakukan i’tibar ketika kita melihat orang mati dan melihat kematian. Nabi SAW bersabda ÙƒÙÙ‰ بالموت موعظة ÙˆÙÙŠ رواية ÙƒÙÙ‰ بالموت واعظا “Cukuplah kematian itu sebagai nasehat”. Silahkan ambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari sekian peristiwa yang kita lihat saban hari. Semoga bermanfaat, Amin. MD Royyan. Baca Juga Manajemen Inventory Terbaik
Ibrahartinya kondisi yang memungkinkan orang bisa sampai dari pengetahuan yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan dan tafakur. Ibrah dan I’tibar ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, dan diputuskan manusia secara nalar.
I S L A M dan I L M U N Y A Setiap peristiwa mengandung I’tibar. Ta’bir itu adalah merupakan pemberian atau karunia dari Allah Ta’ala yang hanya diberikan kepada orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepadaNya. Dengan adanya ta’bir itu dapat mengambil i’tibar atas kejadian yang diturunkan Allah Ta’ala kepada hambanya didalam dunia ini. “Man adzinalahu fit-ta’biyri fahimat fii masaa mi’il-khalqi ibaaratuhu wajaliyat ilaiyhim isyaratuhu”. “Barang siapa yang dipernankan pemberian oleh Allah tentang i’tibar {memperhatikan sesuatu dengan teliti untuk mendapatkan suatu pegangan} maka ibaratnya dapat diterima oleh manusia, serta jelasnya {petunjuk} mereka”. Apabila mereka {orang yang diperkeenankan Allah Ta’ala tentang i’tibar} bila Ia mengibaratkan sesuatu atau memberikan keterangan dapatlah diterima dengan jelas oleh semua manusia. Ta’bir, Ibrah dan I’tibar adalah sesuatu yang banyak disebutkan oleh Allah Ta’ala di dalam Al Qur’an. Karena ta’bir, ibrah dan i’tibar merupakan bagian kehidupan Insan yang di beritahukan Allah Ta’ala kepada hambanya yang tha’at. Betapun masalah ini adalah masalah yang amat penting akan tetapi pada sa’at sekarang ini hanya sedikit sekali memperhatikan dan mengutamakannya. Sesungguhnya hal ini sangat penting dan utama sekali, sehingga Allah Ta’ala menyebutkan berulang-ulang, terutama untuk menjadi pegangan bagi yang beriman dan tha’at demi masa kemasa. Dan dengan adanya kejadian itu pula manusia bisa memahami hal yang sebenarnya. Sebagaiman firman Allah Ta’ala didalam Al Qur’an “Zhaharal fasaadu filbarri wal-bahhri bimaa kasabat aydiyn-nasi liyudzi yaqahum ba’dhal-ladzi amilu la’allahum yar ji’uwna”. “Telah timbul kerusakan didarat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia supaya Allah merasakan kepadanya sebagian dari {akibat} perbuatannya, agar mereka kembali {kejalan yang benar”.{QS. Ar Ruum. 41}. Dari itu manusia bisa terbawa kealam yang lebih sadar, bahwa semua kejadian itu adalah dijadikan Allah Ta’ala. Disebabkan Ia mau memperhatikan atau menelaah sesuatu dengan sepenuh daya kemampuan, {apakah itu benda atau peristiwa} lalu dapat diambil faedah dari padanya. Demikianlah haqiqaht kata ta’bir, ibrah dan i’tibar yang mula asal katanya {abara} lalu lahirlah kata ta’bir, ibrah dan i’tibar. Yang dari kata itu mempunyai arti memperhatikan sesuatu untuk mendapatkan suaatu pegangan. Menjadikan sesuatu pada diri sendiri, masyrakat, negara dan dunia ini, dalam sesuatu telaah yang dalam dan seksama, lalu daripadanya itu diambil intisarinya untuk mendapatkan pegangan diri, hati dan fikiran. Maka itulah yang dinamakan Ta’bir, Ibrah dan I’tibar. Secara ringkas dapat dikatakan plajaran yang didapat dari sesuatu. Dan didalam Al Qur’an banyak sekali Allah Ta’ala menyebutkan kehidupan ummat terdahulu dari masa Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad baik mereka yang tha’at kepada Allah Ta’ala maupun yang ingkar kepadaNya. “Laqad kana fii qashashihim ibrahtun li-ulil-albabi maakana hhadiysyan yuftaraa walakin tashditqal-iadzi baiyna yadaiyhi wa tafshila kulli syaiy-in wahudan warahhmatanl-liqauwmin yukminuuna”. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai aqal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan {kitab-kitab} yang sebelumnya, dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.{QS. Yusuf. 111}. Dan segala peristiwa yang terjadi pada zaman masa Nabi Muhammad diharafkan orang yang beriman mengambil pelajaran untuk masa yang berlaku tentang kehidupan dirinya. Seperti peristiwa perang Badhar yang disebutkan yaitu “Ummul Abthal” {Ibu para pahlawan}. Karena melahirkan tokoh-tokoh Islam. Yang dalam perang itu ummat Islam maju dengan jumlah sedikit tetapi membawa Iman, sedang musuh mereka orang Quraisy datang dengan jumlah besar dan dengan persenjataan yang hebat, namun akhirnya orang berimanlah yang mendapatkan kemenangan. Dan juga Allah Ta’ala menurunkan para Malaikat untuk memberi pertolonganNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an “Sesunggunya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu {bertempur}. Segolongan berperang dijalan Allah dan {segolongan} yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat {seakan-akan} orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuanNya siapa yang dikehendakkiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”. {QS. Ali Imran. 13}. Demikian juga pergantian malam dan siang {maju mundurnya ummat}, pun Allah Ta’ala memerintahkan manusia menelaahnya dengan seksama karena ada pelajaran yang terkandung didalamnya untuk kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an “Allah menggantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan”.{QS. An Didalam surat An Naziaat Allah Ta’ala menceritakan bagaimana perjuangan Nabi Musa menghadapi keingkaran dan kezhaliman Firaun yang sangat kejam. Dan kesudahan nasib Firaun dalam kekejaman itu, lalu Allah Ta’ala memerintahkan para mu’minin dldalam Al Qur’an “Inna fii dzaalika la’ibratan limay-yakhsyaa”. “Sesungguhnya pada {peristiwa} yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang takut {pada Allah}”. {QS. An Naziaat. 26}. Dan demikianlah ayat yang berkenan dengan Ta’bir, Ibrah dan I’tibar yang semua orang beriman dituntut dan diberi izin Allah Ta’ala untuk mengambil pelajaran pada tiap-tiap kejadian atau peristiwa yang terjadi di alam dunia ini.
PengertianI‟tibar dan Sanad Kata i‟tibar إا ْع ت ب را merupakan masdar dari kata ر ب تعإ. Menurut bahasa, arti al- i‟tibar adalah “Peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang jelas.”
Kamus Kata baku indonesia » i’tibar - iktibari’tibar - iktibarpertimbangan; pengajaranBerikut ini adalah Informasi kata baku dari i’tibar - iktibar yang berarti pertimbangan; download gambar Tekan gambar di atas beberapa detik sampai muncul menu, kemudian pilih save atau download gambar
Pendidikanislam sangat urgen untuk era sekarang, kita perlu kembali menelaah literatur- literatur klasik dalam upaya mencegah kejadian kekerasan seksual. Kejahatan seksual awalnya bermula dari sebuah kecanduan sex. Naluri biologis yang tidak dapat ditekan Islam hanya menawarkan dengan beberapa metode yakni; Pertama menikah atau berpuasa.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Dan berikut adalah redaksi hadis yang dipilih untuk diteliti berdasarkan tema senda gurau . . . . 1. Pengertian Takhrij Menurut bahasa takhrij berasal dari kata kharraja خ ّ ر ج yang berarti mengeluarkan. 5 Dalam kamus al-Munawwir lafaz إ ْس ت ْ ر ج إ ْخ ت ر ج خ ّ ر ج bermakna ض ّ اْد خ ل lawannya memasukkan. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian; dan pengertian-pengertian yang popular untuk kata at-takhrij itu ialah 1 al-istinbât hal mengeluarkan; 2 al-tadrîb hal melatih atau hal pembiasaan; 3 al-taujîh hal memperhadapkan. 6 Adapun menurut istilah takhrij adalah “Menunjukan posisi hadis dalam sumber-sumber asli yang yang dikeluarkan dengan sanadnya, kemudian menjelaskan kedudukan ketika dibutuhkan.” Sedangkan dalam bukunya, M. Syuhudi Ismail menjelaskan pengertian takhrijul-hadis yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah “Penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan”. 8 5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta Hidakarya Agung, 1989, 6 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta Bulan Bintang, 2007, h. 39. Lihat juga Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Riyad Maktabah al- Ma‟arif, 1991, 7 Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, 8 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41 2. Sebab-sebab Perlunya Kegiatan Takhrij Hadis Bagi seorang peneliti hadis, kegiatan takhrijul-hadis sangat penting. Tanpa dilakukan kegiatan takhrij hadis terlebih dahulu, maka akan sulit diketahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, berbagai riwayat yang telah meriwayatkan hadis itu, dan ada atau tidak adanya syahid atau mutt abi’ dalam sanad bagi hadis yang ditelitinya. Dengan demikian, ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij hadis dan melaksanakan penelitian hadis. Berikut ini dikemukakan tiga hal tersebut a Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya. Tanpa diketahui susunan sanad dan matan secara benar, maka hadis yang bersangkutan akan sulit diteliti secara cermat. Untuk mengetahui bagaimana asal- usul hadis yang akan diteliti itu, maka kegiatan takhrij perlu dilakukan terlebih dahulu. b Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti. Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja, salah satu dari sanad itu berkualitas daif, sedang yang lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas daif dan yang berkualitas sahih, maka terlebih dahulu harus diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan. Dalam hubungannya untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang akan diteliti, maka kegiatan takhrij sangat diperlukan. c Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mut tabi’ pada sanad yang diteliti. Ketika hadis diteliti salah satu sanad-nya, mungkin ada periwayat lain yang sanad-nya mendukung pada sanad yang sedang diteliti. Dukungan itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terdapat di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutt abi’. Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. B egitu pula mutabi‟ yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh mutt abi’ tersebut. Untuk mengetahui apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutt abi’, maka seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan. Itu berarti takhrijul-hadis harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrij hadis, tidak dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang diteliti. 9 Dalam menelusuri hadis sampai pada sumber asalnya tidak semudah menelusuri ayat Alquran. Untuk menelusuri ayat Alquran, cukup diperlukan sebuah kitab kamus Alquran, misalnya kitab al- Mu’jam al-Mafahras li Alfâdz al- Qur’ân al-Karîm susunan Muhammad Fuad „Abdul Baqi, dan sebuah 9 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41-43 rujukan berupa mushaf Alquran. Akan tetapi untuk menelusuri sebuah hadis, tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus atau sebuah kitab hadis yang disusun oleh mukharijnya. Karena hadis terhimpun di dalam banyak kitab sehingga diperlukan kitab-kitab kamus hadis untuk memudahkan kegiatan takhrij hadis dan memahami cara penggunanya. Untuk mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-sumbernya seorang peneliti haruslah mengetahui metode-metode dalam mentakhrij hadis. 10 Metode-metode tersebut adalah 1. Men-takhrij hadis melalui periwayatan pertama. Kitab yang digunakan diantaranya adalah kitab-kitab athraf dan kitab-kitab musnad. 2. Men-takhrij melalui lafal pertama hadis awal matan. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al-J âmi’ al-Saghîr min ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, al-Fathu al-Kabîr fî Dammi al-Ziyâdah ila al-J âmi’ al-Saghîr dan kitab Mausû’ah al-Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf. 3. Men-takhrij hadis melalui lafal yang terdapat dalam matan hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al- Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî. 4. Men-takhrij hadis melalui tema hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Kanz al- Ummâl, kitab Muntakab Kanz al- Ummâl. 10 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 43 5. Men-takhrij hadis melalui klasifikasi jenis hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab al-Azhar al- Mutanatsiruh , kitab al-Ittihâfât al-Saniyyah, kitab al-Hadîts al- Qudsiyyah , kitab al-Marâsil, kitab Tanzîh al-Syarî ’ah al- Marfû ’ah, dan kitab al-Masnû’. Dari kelima metode tersebut di atas tidak mengharuskan seorang peneliti menggunakan semua metode. Terkadang ditemukan hanya tiga atau dua metode saja, jika yang digunakan itu sudah dapat memenuhi usaha penelusuran hadis. 11 C. Kegiatan Penelitian dan I’tibar Sanad a. Pengertian I‟tibar dan Sanad Kata i‟tibar إا ْع ت ب را merupakan masdar dari kata ر ب تعإ. Menurut bahasa, arti al- i‟tibar adalah “Peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang jelas.” Menurut istilah ilmu hadis, al- I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud. 12 11 Abu Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, terj Said Agil Husain al- Munawar Rifki Mukhtar, Metodelogi Takhrij hadis, Semarang Toha Putra Group, 1994, 12 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Dengan dilakukannya al-i ’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing- masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan al-i ’tibar adalah untuk mengetahui keadan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutt abi’ atau syahid . Yang disebut mutt abi’ biasa juga disebut tabi‟ dengan jama‟ tawabi’ ialah periwayat yang berstatus pendukung para periwayat yang bukan sahabat Nabi. Pengertian syahid dalam istilah ilmu hadis biasa diberi kata jamak dengan syawahid ialah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabi. Melalui al- i’tibar akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki mutt abi’ dan syahid ataukah tidak. 13 Sanad berarti tarîq, yaitu jalan. Sedangkan menurut istilah adalah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Dalam referensi lain, sanad menurut bahasa ialah sandaran, tempat bersandar, atau dapat juga berarti yang dapat dipegang atau dipercaya. 14 Setelah melalui kegiatan takhr ȋ j hadis, kemudian dilanjutkan dengan kritik sanad hadis. Dalam kritik sanad hadis ini menyajikan biografi tiap sanad yang menjadi jalur hadis tersebut yang sampai kepada matan hadis, kemudian menyajikan guru-guru dan murid-murid beliau sehingga sanad dapat dipastikan 13 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, 14 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang PT. Pustaka Rizki Putra, 1999, cet ke-4, h. 168 bersambung ittisâl, dan selanjutnya menyajikan tentang komentar ulama terhadapnya sehingga bisa diketahui melalui kitab rijal hadis apakah sanad tersebut termasuk yang positif ta’dîl atau yang negatif tajrîh. Kriteria kesahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang ḏâbiṯ, tidak ada kejanggalan Syâdz maupun cacat illat. 15 Kritik sanad hadis ini merupakan cara untuk mengetahui kualitas perawi yang menjadi rentetan sanad hadis, melalui kitab-kitab rijal hadis seperti Tahdz ȋb al-Tahdzîb, Tahdzîb al-Kamâl, dan lain sebagainya. D. Kegiatan Penelitian Matan Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama penting. Karena dalam suatu hadis barulah dinyatakan sahih apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama berkualitas sahih. Adapun yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas shahih adalah terhindar dari Syudzudz kejanggalan dan Illat kecacatan. Namun terdapat juga beberapa kriteria kesahihan matan hadis, 16 yaitu tidak bertentangan dengan akal, tidak bertentangan dengan Alquran, tidak bertentangan dengan hadis yang mutawattir, tidak bertentangan 15 Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta PT Mizan Publika, 2009, 16 Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010 dengan hadis ahad yang kualitasnya sahih, tidak bertentangan dengan kesepakatan ulama terdahulu. Dalam kegiatan penelitian matan ini, ada tiga langkah yaitu sebagai berikut I. Meneliti matan dengan melihat kualitas hadis Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sanad hadis memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan status kehujjahan hadis. Suatu matan hadis tidak dianggap sahih apabila sanadnya diragukan. II. Meneliti susunan lafadz yang semakna Perbedaan dalam redaksi matan dengan matan hadis yang sejalur dengannya karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat ditoleransi sepanjang tidak menyalahi kandungan makna hadis dari Rasulullah saw. baik itu pergantian lafal, perbedaan struktur, maupun pengungkapannya sempurna atau tidak, semuanya masih dapat diterima sebagai sabda yang berasal dari Rasulullah saw. III. Meneliti kandungan matan hadis Adapun yang dianggap penting diperhatikan terhadap kandungan matan hadis yang sejalan atau tidak bertentangan dan yang dipertentangkan. 17 17 Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010 E. Kritik Hadis tentang Senda Gurau Hadis Pertama a. Teks Hadis Langkah awal dalam melakukan kritik hadis adalah takhrij hadis, dalam kegiatan takhrij ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis dengan menggunakan kitab al- Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî yaitu dengan lafaz kemudian ditemukanlah sebagai berikut ب ,ت ر ٨ ٨ Penulis juga menelusuri kata dari lafaz kemudian ditemukan sebagai berikut رب ,ت ٨ 9 Penulis juga menelusuri kata dari lafaz dan ditemukan sebagai berikut رب ,ت ٨ 18 Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al- Hadîts al-Nabawî, jilid 3. BrillLeiden, 1955, 19 Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al- Hadîts al-Nabawî, h. 256
yangdilaluinya juga bisa dibuktikan dengan teori qiyas ‘irfani/i’tibar sebagaimana yang dikatakan oleh Abid al-Jabiri. Kata Kunci: Epistemologi, Sufi, Isyari, at-Tustari, al-Fajr. dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Adapun kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang
J5uqf6V. 75p7oxwwyq.pages.dev/53875p7oxwwyq.pages.dev/84875p7oxwwyq.pages.dev/71175p7oxwwyq.pages.dev/79575p7oxwwyq.pages.dev/72775p7oxwwyq.pages.dev/80375p7oxwwyq.pages.dev/71675p7oxwwyq.pages.dev/85575p7oxwwyq.pages.dev/57175p7oxwwyq.pages.dev/17375p7oxwwyq.pages.dev/87775p7oxwwyq.pages.dev/61775p7oxwwyq.pages.dev/89075p7oxwwyq.pages.dev/775p7oxwwyq.pages.dev/535
arti kata i tibar